Minggu, 29 Januari 2017

Enam Kategori Saham

Secara umum, dikenal dua kategori saham:

A. Saham blue-chips, atau di Wall Street lazim disebut big-caps, yakni saham-saham berkapitalisasi pasar yang besar. Pada saat ini ditulis, Top 10 big-caps di JSX adalah:
1. HMSP (IDR 456 Tril)
2. TLKM (392 Tril)
3. BBCA (376)
4. ASII (328)
5. UNVR (318)
6. BBRI (286)
7. BMRI (254)
8. GGRM (121)
9. BBNI (106)
10.ICBP (100)

Kapitalisasi pasar adalah harga saham dikalikan jumlah lembar (bukan lot) saham yang beredar.
Total kapitalisasi pasar Top 10 saham di atas senilai IDR 2.737 Triliun (dua ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh triliun rupiah) atau setara dengan 47,4% total nilai kapitalisasi JSX (IDR 5.770 triliun).

B. Jenis saham kedua disebut second-liners oleh pelaku pasar JSX, di Wall Street lazim disebut small-caps, yakni saham dengan nilai kapitalisasi yang (masih) kecil.

Data kapitalisasi pasar saham-saham JSX dapat diunduh/dilihat di
http://www.idx.co.id/Home/Publication/Statistic/tabid/140/language/en-US/Default.aspx


Sedangkan menurut fund manager legendaris Peter Lynch, saham digolongkan menjadi enam:

1. Slow growers (sluggards)
Jika suatu sektor industri melambat atau telah mature, semua perusahaan dalam industri tersebut akan melambat. Di US contohnya adalah industri utilitas listrik, selama 1950-1960an industri ini tumbuh cepat (fast grower), lebih dari dua kali pertumbuhan GNP US saat itu. Tapi setelah 1970 industri utilitas listrik melambat. Manufaktur alumunium, Alcoa pada masanya adalah saham yang populer karena alumunium dibutuhkan oleh kereta api, pesawat terbang, dan mobil. Industri kereta api juga tumbuh cepat di US tahun 1920an. Industri otomotif di US tumbuh pesat di 1970-1990an.

Cepat atau lambat semua industri yang populer pada masanya akan menjadi mature dan melambat. Anda harus tahu kapan saatnya suatu saham menjadi sluggards, karena itulah saatnya menjual. Pada masanya nanti industri infrastruktur yang sedang populer di masa ini pun akan menjadi slow growers. WIKA, JSMR, dkk, pada masanya nanti akan memiliki price/earning ratio (PER) mungkin hanya di kisaran 4-5, bukan karena valuasi menjadi murah, tapi karena tak lagi populer dan tumbuh melambat.

Untuk saham sluggards, misalnya PGAS, Anda harus cermat dalam hal timing kapan buy dan sell. Jika investor buy PGAS pada Mar-Apr 2013 ; atau di Jul-Nov 2014; di harga kisaran 6.000, maka sampai dengan hari ini PGAS anda nyangkut (potential loss). Tapi sebaliknya jika investor buy PGAS di 2675-2900 pada Sep-Okt 2011 dan sell di Mar-Jul 2013 di kisaran harga 5500-6250, maka mendapatkan capital gain di kisaran 100% dalam kurun kurang dari 2 tahun. Inilah ilustrasi pentingnya timing dalam memilih saham blue-chip sluggards.

2. Medium growers (stalwarts)
Stalwarts adalah perusahaan seperti Coca-Cola dan P&G di US, dan UNVR, HMSP, GGRM di JSX. Inilah perusahaan dengan kapitalisasi ada di puncak bursa, yang tidak lagi tumbuh dengan cepat, namun masih tumbuh lebih baik dari sluggards. Harga saham UNVR hanya bergerak dari 26.000 di akhir 2013, menjadi 40,000 di akhir 2016. Harga saham TLKM bergerak dari 2.100 di akhir 2013, menjadi 4.000 di akhir 2016. Stalwarts butuh waktu tiga tahun untuk tumbuh dua kali lipat.

Saham-saham perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, dkk, adalah jenis stalwarts. Pertumbuhan laba dan pergerakan sahamnya lebih baik dari pertumbuhan GDP namun imbal hasilnya mirip dengan indeks pasar (lihat top 10 saham di atas). Namun ada kalanya, jika Anda membeli stalwarts pada saat yang tepat, return 15-30% dalam satu tahun sudahlah baik, return 30-60% dalam satu tahun sudahlah istimewa. Jangan mengharap lebih dari itu kepada stalwarts.

Menurut Peter Lynch, stalwarts tetap dimiliki dalam portofolio Fidelity Magellan sebagai proteksi pada saat pertumbuhan ekonomi melambat atau terjadi krisis ekonomi. Perusahaan dengan kapitalisasi triliunan dan penguasaan pasar besar, ya stalwarts, tidak akan bangkrut saat krisis dan tetap memberikan dividen. Bahkan saat saham-saham lain jatuh, stalwarts hanya bergerak sideways (setidaknya di US, berdasarkan pengalaman Peter Lynch).

3. Fast growers

4. Cyclicals

5. Asset plays
Pada saat ini ditulis, dua contoh saham termasuk asset plays di JSX adalah BAPA dan MAMI.

PT. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA), merupakan perusahaan pengembang perumahan di wilayah Bekasi dan Pamulang dengan fokus segmen konsumen pada golongan menengah untuk perumahan Bumi Serpong Residen dan golongan bawah untuk perumahan Taman Alamanda dan Alamanda Regency. Di 25-Jan-2017 harga saham BAPA IDR.74 per lembar. Laba Q3/2016 IDR.149 miliar. EPS 0.43. Ekuitas 103 miliar IDR. Kapitalisasinya kecil hanya 33 miliar IDR.

Asset plays pada umumnya adalah saham "tidur" di sektor property, yang nilai bukunya dihitung dengan valuasi harga tanah pada harga perolehannya, serta penjualan unitnya tidak terlalu agresif. Contohnya ya BAPA ini. PER nya, dihitung dari data di atas, 87 kali, sementara PBV nya, nah ini, hanya 0,35. Tapi yang menarik dari saham asset plays ini justru PBV nya yang kecil.

Dengan harga hanya "gocap" dan PBV kecil, maka asset plays mudah melambung harga sahamnya karena sentimen pasar. Entah itu berita kenaikan pendapatan, kenaikan laba bersih, diakuisisi, atau right issue. Pada tanggal 26-Jan-2017 BAPA ditutup naik 17 poin (34% atau terkena auto reject :), dengan volume 77.764 lot. Hari berikutnya BAPA ditutup naik 7 poin (10.44%) dengan volume perdagangan meningkat menjadi 299.222 lot. Penulis memutuskan untuk BUY tanggal 30-Jan di harga 65, yang mana ditutup melemah 5 poin (6.75%) dengan volume 35.365 lot, turun. Tapi hari berikutnya, BAPA naik 16 poin (23.18%), lalu 01-Feb naik 10 poin (11.76%), harga penutupan 95. Highest intraday dicapai 02-Feb, harga 117, namun ditutup di 97.

PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI) merupakan perusahaan properti yang bergerak di bidang perhotelan dan perkantoran di Surabaya. Ini adalah saham lama yang dulu terdaftar di Bursa Efek Surabaya (BES) sebelum di-merger menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) sekarang. MAMI adalah pemilik Hotel Garden Palace dan IBT Tower di Surabaya. MAMI lama tidur di harga gocap. Namun volume transaksinya di 01-Feb-2017 menarik perhatian penulis karena mencapai 1.620.234 lot, meski ditutup tetap di 50. Penulis masuk MAMI pada 03-Feb di harga 54, dengan volume perdagangan 2.323.521 lot. Tanggal 09 dan 10 Feb, volume perdagangan meningkat drastis menjadi 5.745.187 lot dan 3.879.470 lot, yang sebenarnya bisa lebih tinggi lagi, jika MAMI tidak terkena auto reject karena 2 hari berturut-turut naik 33% :)

Pada harga 54, kapitalisasi MAMI = 178 miliar IDR. Menurut laporan Q3/2016, ekuitasnya 598 miliar IDR. Laba bersih 2 miliar. Laba lebih kecil dari BAPA, meskipun aset MAMI lebih besar.  Tapi, hey, kita tidak sedang membahas saham yang menghasilkan banyak laba atau growth tinggi, melainkan saham tidur yang kapitalisasinya lebih murah dibandingkan nilai bukunya. Betul, asset plays. Yang membuat MAMI menarik adalah karena PBV nya hanya 0.22. Meskipun PER-nya sudah 46.

Asset plays lainnya yang menarik saat ini ditulis adalah GWSA. Salah satu aset populer milik PT Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) adalah Senayan City.

6. Turnarounds


Minggu, 22 Januari 2017

Peter Lynch Quotes

Dikutip dari buku "One Up on Wall Street", terbitan Simon & Schuster Paperbacks, 1989

Peter Lynch (PL) adalah legenda portofolio manager Amerika. Selama mengelola Fidelity Magellan Fund, Mei 1977 s.d Mei 1990, PL membawa reksadana ini menjadi yang terbaik di dunia, dengan dana kelolaan USD 9 miliar menjadi reksadana terbesar di USA, dengan performa mengalahkan 98% reksadana lainnya pada masa itu. (Kini, per 27 Aug 2016, total aset kelolaan Fidelity telah mencapai nilai USD 2.1 triliun, peringkat 4 dunia.)



Tentang analisis fundamental:
"I own stocks where results depend on ancient fundamentals; a successful company enters new markets, its earnings rise, and the share price follows along. Or a flawed company turns itself around. The typical big winner in the Lynch portfolio (I continue to pick my share of losers, too) generally takes three to ten years or more to play out."

Tentang pentingnya earning:
"To my mind, the stock price is the least useful information you can track, and it's the most widely tracked...
What Mr. Market pays for a stock today or next week doesn't tell you which company has the best chance to succeed two or three years down the information superhighway. If you can follow only one bit of data, follow the earnings..." 

"Never invest in any company before you've done the homework on the company's earnings prospects, financial condition, competitive position, plans for expansion, and so forth."

Tentang loss, pentingnya portfolio, dan saham pemenang: 
(Perhatikan bahwa seorang fund manager legendaris pun pernah rugi dan salah pilih saham)
"My clunkers remind me of an important point: You don't need to make money on every stock you pick. In my experience, six out of ten winners in a portfolio can produce a satisfying result. 
Why is this? Your losses are limited to the amount you invest in each stock (it can't go lower than zero), while your gains have no absolute limit...
All you need for a lifetime of successful investing is a few big winners, and the pluses from those will overwhelm the minuses from the stocks that don't work out."

Tentang volatilitas pasar saham:
"Whatever the cause (I see day traders as a major factor), frequent trading has made the stock markets more volatile. A decade ago stock prices moving up or down more than 1% in a single trading session was a rare occurrence. At present we get 1% moves several times a month."

Tentang pentingnya "tenbagger" (saham yang naik 10 kali) dalam portofolio:
"In Wall Street parlance a "tenbagger" is a stock in which you've made ten times your money...
In the last decade the occasional five- and tenbagger, and the rarer twentybagger, has helped my fund outgain the competition - and I own 1,400 stocks. In a small portfolio even one of these remarkable performers can transform a lot cause into a profitable one. It's amazing how this works."

Tentang saham blue-chip kapitalisasi besar:
"The size of a company has a great deal to do with what you can expect to get out of the stock...
...big companies don't have big stock moves. In certain markets they perform well, but you will get your biggest moves in smaller companies...
You don't buy stock in a giant such as Coca-Cola expecting to quadruple your money in two years. If you buy Coca-Cola at the right price, you might triple your money in six years, but you're not going to hit the jackpot in two."

Jumat, 13 Januari 2017

Mayora Indah Tbk (MYOR)

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) adalah salah satu perusahaan "hidden gem" BEJ. Pelan tapi pasti, dengan manajemen cakap, produsen makanan dan minuman terkemuka ini tumbuh stabil, selama sepuluh tahun, ya betul 10 tahun.

Saham ini adalah tipikal saham yang disebut Peter Lynch dalam bab pertama buku klasiknya "Learn to Earn" (terbit 1995) sebagai tipikal The Companies Around Us. Maksudnya adalah: kita dapat menemukan produk MYOR di mana-mana di sekitar kita: Astor, Beng beng, Better, Choki-choki, Energen, Kopiko, Roma, Slai O'lai, Sari Gandum, Kis, Torabika, dst. Menurut majalah SWA, ada sembilan (9) merek MYOR termasuk Top 100 Most Valuable Brand 2016, dan masing-masing merek itu leading dalam kategorinya.

Sungguh, brand awareness dalam industri yang kompetitif dan dikonsumsi secara repetitif, seperti makanan dan minuman, tidak bisa disepelekan. Selama sepuluh tahun penjualan MYOR tumbuh terus, meskipun di masa sulit perlambatan ekonomi 2014-2015.

Perhatikan cermat pertumbuhan MYOR ini.

Dari tabel dapat disimpulkan PT Mayora Indah Tbk :
  1. Tidak pernah rugi
  2. Revenue atau sales selalu tumbuh dan net income selalu tumbuh (kecuali di 2011 sedikit turun dan 2014 turun lebih dari 50%)
  3. Gross margin dan operating margin stabil (artinya Mayora tidak perlu perang harga demi meningkatkan sales)
  4. EPS selalu tumbuh (kecuali di 2014)



Meskipun tumbuh tidak secepat perusahaan hi-tech/internet (ingat bahwa ini adalah perusahaan "tradisional" yakni makanan minuman, tapi jika Anda "menabung" IDR. 8.500.000 berupa 10.000 lembar saham MYOR di 31-Des-2008 (harga saham masih 850), maka pada 1 May 2013 aset Anda menjadi IDR. 310.700.000 (harga 31,070).

Jika dihitung secara compound annual growth rate (CAGR) maka aset Anda tumbuh 9.15% PER BULAN. Betul, per bulan.

Dan setelah stock split di 4 Aug 2016 dengan rasio 1:25, maka di awal tahun 2017, aset Anda menjadi IDR. 437.500.000 (Asumsinya Anda tetap HOLD 10.000 lembar saham yang dimiliki di tanggal 2 Jan 2009)
Anda dapat berlatih menghitung CAGR di sini: http://cagrcalculator.net/

Berikut grafik MYOR (adjusted stock split). Tampak bahwa inilah saham tipikal Warren Buffett:

  1. Bisnis sederhana (makanan minuman!)
  2. Manajemen cakap
  3. Brand kuat
  4. Diversifikasi dan inovasi produk efektif
  5. ROE tergolong tinggi di dalam industrinya (lihat tabel)




Tapi tunggu, perhatikan kembali grafik MYOR.JK. Mungkin timbul pertanyaan:
  1. Bagaimana mungkin saya HOLD saham ini di 2007-2009? Sementara harga saham tidak naik-naik alias Sideways.
  2. Bagaimana mungkin setelah krisis subprime mortgage 2008 HOLD saham ini, bahkan di bulan Feb-09 harganya jatuh dari 850 di awal tahun menjadi 685?
  3. Kalaupun saya bertahan di dua periode itu, bagaimana dengan periode Jun s.d Nov 2012 dimana harga saham ini terkoreksi cukup tajam (dari 21.600 menjadi 16.800)? Pada saat ini terjadi tidak ada seorang pun yang bisa melihat bahwa pada awal Jan-2013, MYOR mengalami bullish reversal dan harganya kembali naik dari 17.600 mencapai lebih dari 31.000 pada 1-May-2013.
Inti dari tiga pertanyaan di atas adalah: pada prakteknya memegang saham MYOR dalam jangka panjang (pasca krisis 2008 s/d 2016) sangatlah sulit, sebab seorang investor harus:
  1. Memiliki keyakinan kuat dan pengetahuan yang dalam tentang fundamental MYOR
  2. Memiliki karakter yang sabar, psikologi investor a la Warren Buffett atau Lo Kheng Hong

Sebenarnya hold MYOR dalam jangka panjang memang sulit, tapi tidak sesukar yang dibayangkan, perlu diingat bahwa:

  1. Investasi awal tidaklah terlalu besar (let's say Rp 8,5 juta atau separuhnya pun boleh), kalaupun psikologis anda saat itu mengatakan bahwa "SELL now", atau "take profit segera", anda bisa meng-counter bisikan itu dengan "hanya 8,5 juta modal, let the profit run in the long-term".
  2. Selalu katakan pada hati anda: Saya pemilik PT Mayora Indah Tbk, dan saya tidak ingin menjualnya sekarang. Selama produknya digemari publik dan fudamental perusahaan ini cakap. Saya mungkin akan menjual saham saya yang lain tapi tidak MYOR :)


Nah, jika mampu seperti itu maka anda akan memetik hasilnya:
Tanggal 3 Jan 2017 harga MYOR melonjak bagaikan roket menjadi 2000 (highest), dan volumenya mencapai tertinggi sejak stock split.

Grafik terbaru MYOR.


Selamat atas kesabaran Anda.
Satu lagi (kenaikan harga saham) dari MAYORA !!

Agung Podomoro Land Tbk (APLN)

Saham Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menunjukkan grafik harga dan volume yang menarik perhatian mulai tanggal 28-Des-2016. Volume hari ini mencapai 1.106.447 lot dengan harga penutupan 212 (harga lowest-nya 202). Pada hari sebelumnya candle APLN membentuk pola yang amat populer, yakni Three Line Strike.

Menurut Thomas Bulkowski, yang menulis buku penting mengenai candlestick berdasarkan statistik, "Encyclopedia of Candlestick Charts" (terbit 2008), pola Three Line Strike memiliki 84% akurasi bahwa akan terjadi reversal. 


Mari perhatikan candle APLN tanggal 27-Des-2016. Setelah itu diikuti pola hammer dengan volume yang patut dipertimbangkan. Penuli memutuskan untuk BUY APLN pada 4-Jan-2017 manakala pola candle dan volume saling mendukung (mengkonfirmasi Three Line Strike).



Tips: ingat bahwa tidak disarankan untuk BUY pada harga lowest intraday (dalam kasus APLN ini yaitu 202), sebab selalu ada risiko downtrend akan berlanjut. Oleh sebab itu selalu diperlukan konfirmasi volume atau pola candle sebelum BUY, meskipun ini berarti kita tidak memperoleh harga terendah, tapi risiko telah dikelola dengan baik.


Valuasi Saham

Saya memperhatikan APLN sebab valuasi masih murah. Sejak sentimen kasus raperda reklamasi di mana Presdir APLN ditangkap KPK, saham ini terus turun harganya, sementara secara fundamental APLN tidak berubah,

As of  23-Des-16 di harga 202, valuasi APLN:
P/E = 4.5 (median sektor = 12.9)
P/B = 0.5 (median sektor = 1.1)
P/Sales = 0.6 (median sektor = 4.3)
Aset/Equity = 3.6 ((median sektor = 2.1)
Long-term Debt/Equity = 0.7 (median sektor 0.6)


Pentingnya On Balance Volume

Banyak indikator teknikal seperti RSI, stochastic, dll, memberikan sinyal suatu saham jenuh beli (overbought) pada saat harga saham mencapai tertingginya (new high). Sedemikian rupa sehingga indikator teknikal jenis ini tidak presisi jika digunakan sebagai satu-satunya acuan bagi momentum trader / investor yang mengikuti trend (trend-followers). Sebab mereka akan kehilangan momentum / trend jika hanya mengandalkan RSI dan stochastic oscillator.

Sedangkan indikator yang mendasarkan pada metode averaging (MACD, SMA, dll) akan cenderung memberikan sinyal yang terlambat (delay signal) -karena proses perataan -bagi sebuah trend yang baru terbentuk.

Dalam kondisi pasar apapun, Volume adalah indikator yang paling penting diperhatikan dibandingkan indikator teknikal manapun. Volume does matter. Volume is very important confirming indicator.

Volume precedes price

Pergerakan volume seringkali mendahului perubahan trend dan pergerakan harga. Suatu trend yang kuat (baik uptrend ataupun downtrend) akan didahului dengan meningkatnya volume.

Indikator teknikal selain Volume (dan tentunya Price) adalah candlestick. Ini adalah indikator yang paling mencerminkan psikologi pelaku pasar. The candlestick chart is the best one in order to understand the psychology of the market.

On Balance Volume (OBV) adalah ...

Sabtu, 07 Januari 2017

Market Timing Matters Greatly

Market timing adalah penentu kesuksesan investasi atau trading di pasar saham.
Kita mungkin saja membeli saham perusahaan yang tepat, dengan analisa Intelligent Investor a la Ben Graham atau valuasi saham a la Warren Buffett, namun ternyata harus menunggu lama sebelum harga saham itu naik, karena salah timing saat membeli.

Terkecuali Anda adalah investor murni yang hanya mengharapkan dividen (bukan capital gain) maka Anda perlu memahami market timing ini.

Studi tentang konsentrasi (fundamental market timing) dirintis oleh seorang matematikawan agung, Benoit B. Mandelbrot. Jadi begini, jika kita perhatikan negara mana yang menghasilkan minyak bumi, atau gas alam, atau batu bara, atau emas, atau muriate of potash (sejenis pupuk), maka sumber daya alam ini tidaklah tersebar merata di semua negara, namun terkonsentrasi di daerah atau negara tertentu. Ada negara yang sedikit memiliki gas alam seperti Indonesia (tapi malahan di ekspor); ada negara yang paling kaya gas alam, yakni Rusia dan Iran.

Hukum konsentrasi ini berlaku bukan hanya pada sumber daya alam, namun juga pada pasar.

Di pasar finansial, volatilitas pun terkonsentrasi. Tidak sepanjang hari atau sepanjang bulan atau sepanjang tahun, kenaikan atau penurunan harga saham terjadi. Suatu saham dapat naik harganya dari 3% hingga 23% hanya dalam satu hari perdagangan, bahkan satu sesi perdagangan (satu sesi ini biasanya saat setelah istirahat menjelang penutupan bursa).

Pada umumnya harga saham bergerak harian di kisaran positif atau negatif nol koma sekian persen sampai dua persen. Namun ada hari-hari tertentu harganya bisa naik lebih dari itu. Inilah yang disebut dengan konsentrasi. Penyebabnya beragam; penyebab negatif bisa karena bom (ingat kasus WTC 911 atau bom Bali), penyebab positif bisa karena aksi korporasi (harga komoditas naik atau melonjaknya laba), dan lain-lain.

Pernah mendengar tentang January effect? Ini juga merupakan bentuk konsentrasi, yakni penguatan harga saham umumnya terjadi di bulan Januari setelah seluruh emiten merilis laporan kinerja tahunan. (Meskipun resminya korporasi merilis annual report di April, tapi telah tercium pasar di bulan Januari berkat insider information).

Dalam buku Benoit Mandelbrot, The (Mis) Behaviour of Markets, Ch.XII berjudul Ten Heresies of Finance, disebutkan bahwa pada tahun 1980-an sejumlah 40% dari positive return indeks S&P500 terjadi hanya dalam sepuluh hari perdagangan bursa. Sepuluh hari itu jika dipersentasekan dari total hari perdagangan, adalah 0.5% waktu perdagangan (dari 10.000 hari perdagangan bursa). Market timing matters greatly.

Saya dulu pengagum valuasi saham Warren Buffett yang legendaris itu, dan memiliki buku Benjamin Graham, the Intelligent Investor. Namun setelah saya membaca buku Benoit Mandelbrot, maka saya mengubah pendekatan investasi saya. Saya masih menggunakan value investing dalam memilih suatu saham, tapi saya buy dan sell menyesuaikan dengan market timing pasar atau saham.

Saya tidak pernah menyimpan saham hingga tahunan, sebab data empirik membuktikan bahwa di sepanjang waktu pasar atau harga saham bergerak flat atau sideways (lihat bab saya tentang Kondisi Pasar atau Market state).

Perhatikan grafik IHSG ini, ada waktu manakala pasar naik atau turun dengan tajam, ada waktu manakala pasar - meskipun volatil- bergerak sideways. Inilah pentingnya market timing dalam pasar.


Timing juga penting pada saat Anda melakukan stock picking. Saya ambil contoh PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Ini adalah saham primadona sektor media dan termasuk dalam LQ45. SCMA saham yang bagus dan likuid. ROE selalu di atas rata rata sektor dan industrinya, selalu di atas 25% kecuali saat ekonomi krisis atau melemah (2007-2009). Ini saham favorit big money (dana pensiun dan fund manager reksadana). Mendengar fakta ini saja, tentu setiap investor tertarik. Tapi tunggu dulu, jika Anda masuk SCMA pada tahun 2014 (Q3-Q4), atau katakanlah pada awal tahun 2015 (Q1), maka Anda keliru mengambil keputusan. Sebab pada periode itu SCMA sudah terlalu mahal dihargai investor (overvalued), dengan rasio harga saham terhadap laba (PER) mencapai 32-38. Dengan harga saham pada saat itu lebih dari 3200.

Jika Anda membeli SCMA pada bulan Agustus 2014, saat harganya 4110, maka sampai dengan tulisan ini diketik, Anda masih merugi. Sebab mulai Q2/2015 harga SCMA terkoreksi menuju ke harga wajarnya (harga wajar untuk saham blue-chips LQ45 tentunya). PER terkoreksi menjadi kisaran 25-29, setelah sebelumnya di 2014 selalu lebih dari 30. Sepanjang tahun 2015-2016, SCMA berusaha bergerak menembus level harga 3200, tapi belum berhasil. Bahkan pada bulan November 2016 harga SCMA terkoreksi pada level terendah di 2200 (PER di 25-26).

Apa pesan moral dari kisah SCMA ini? Memilih SCMA tidak salah, ini saham bagus dengan fundamental perusahaan yang superior, tapi Anda bisa saja salah memilih (timing), jika membeli pada harga yang mahal. Cerita di atas akan mempunyai ending berbeda jika Anda sabar menunggu harga SCMA terkoreksi, katakanlah di level 2200-2500. Jadi, market timing does exist. Secara fundamental timing dapat dilihat dari rasio P/E, secara teknikal timing dapat dilihat dari sinyal-sinyal indikator teknikal.


Jumat, 06 Januari 2017

Top-Down Analysis dalam Memilih Saham

Analisa Top-down adalah melihat "big picture" suatu perusahaan sebelum memilih saham, khusus bagi investor jangka panjang. Analisa ini dimulai dengan melihat kondisi makroekonomi lebih dulu; seperti tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, kebijakan pemerintah dalam suatu sektor ; sebelum melakukan analisa perusahaan secara spesifik.

Contoh kasus:
1. Karena kebijakan pemerintah Jokowi memprioritaskan bidang infrastruktur, maka sektor ini dalam lima tahun akan mengalami uptrend. Saham-saham perusahaan dalam sektor ini, seperti semen, konstruksi, kabel listrik, termasuk pendukungnya, yakni banking sektor, akan prospek (naik) dalam jangka panjang.

2. Karena harga batubara jatuh, maka seluruh perusahaan di sektor batubara akan mengalami penurunan revenue dan penurunan laba. Sehingga harga sahamnya sudah pasti terkoreksi (turun), dan pasar sektor batubara akan bearish.
Saat harga batubara naik lagi, maka pendapatan dan laba perusahaan di sektor ini akan naik lagi, sehingga harga sahamnya akan terkoreksi (naik), dan pasar sektor batubara akan bullish.

Hal ini berlaku juga di sektor komoditas lainnya, seperti minyak, CPO, nikel. Sehingga investasi di sektor komoditas tidak disarankan untuk jangka panjang, karena sifatnya yang siklikal. Setidaknya tiap enam bulan disarankan untuk melakukan top-down analysis di sektor komoditas secara umum untuk mengkaji prospek portofolio kita.

Setelah melihat kondisi makro dan sektornya (top), kemudian menganalisis perusahaan-perusahaan di sektor tersebut untuk memilih saham mana yang paling berpeluang naik harganya dan paling minimal risikonya. Faktor mikro (down), seperti jumlah debt, ROE, PBV, PER dianalisis. Misalnya di sektor batubara, mana di antara ADRO, BUMI, PTBA, HRUM, ITMG, dst; yang terbaik.

[top-down analysis memilih saham]

Kamis, 05 Januari 2017

Cara Mudah Efektif Main Saham

Investasi atau trading dalam pasar saham tidaklah rumit dan sulit. Banyak cara dan tips dan tools dalam investasi dan trading, tapi blog ini hanya membahas cara yang sederhana tapi berhasil seiring waktu.

Charlie Munger, Warren Buffett, Nicolas Darvas adalah beberapa contoh investor dan trader yang sukses dengan cara yang sederhana.

Filsuf abad tujuh belas Blaise Pascal pernah berkata, "All man's miseries derive from not being able to sit quietly in a room alone." 

Pernyataan Pascal berlaku juga di dalam "kamar" bernama pasar saham.

Nasihat seorang Leonardo di Caprio: "Simplicity is the ultimate sophistication."

Maaf, maksud saya Leonardo da Vinci.

:)

Dasar pemilihan saham hanya ada tiga. Simpel bukan?

1. Harga Saham. 

Jangan hanya membeli saham karena harganya murah ; juga jangan takut membeli saham meskipun harga sudah naik / tinggi. Mengapa? Penjelasannya menyangkut poin kedua: Volume.

2. Volume perdagangan.

Jangan pernah membeli saham yang tidak likuid. Likuiditas saham berkorelasi kuat dengan volume perdagangan saham. Semakin tinggi volume, maka semakin likuid suatu saham, dan semakin mudah diperjualbelikan. Volume saham itu sendiri bukanlah variable yang statis, melainkan sangat dinamis. Bisa jadi suatu saham tidur lama (tidak likuid), tapi tiba-tiba volume-nya melonjak, ini tandanya saham tersebut kemungkinan besar akan naik harganya. Volume saham lazimnya tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan variable lain, yakni: timing / sentimen.

3. Timing / sentimen pasar.

Sentimen tidak bisa disepelekan oleh investor, meskipun tidak dapat dikuantitatifkan. Sentimen justru seringkali yang menggerakkan pasar atau harga sebuah saham. Suatu saham dapat bergerak stagnan, meskipun fundamentalnya bagus, seperti MYOR atau KLBF di masa lalu, namun begitu valuasi nya diketahui oleh pasar, terutama big money, maka terciptalah sentimen, sedemikian rupa sehingga diburu investor. Sebagai akibat sentimen positif ini, maka harga saham relatif menjadi lebih mahal dibandingkan laba perusahaan (rasio Price/Earning naik), sehingga harga saham menjadi lebih mahal. Sebenarnya tidak ada yang berubah dengan perusahaan itu, hanya saja sentimen investor lah yang melambungkan harganya, karena permintaan melebihi penawaran. 
#Primadona pasar. 

(Saat tulisan ini dibuat KLBF bertengger di #14 dan MYOR nongkrong di #24 kapitalisasi bursa saham Indonesia, dengan P/E masing-masing di kisaran 30-40x dan 20-46x)

Demikian pula jika suatu saham tiba-tiba tidak disukai pasar (sentimen negatif dari investor), misalnya APLN karena kasus reklamasi, atau BMTR karena rumor mengenai pemiliknya (HT), maka harga sahamnya jatuh karena lebih banyak yang menjual dan lebih sedikit yang membeli.

Sentimen juga yang membedakan valuasi saham meskipun dalam industri yang serupa. Misalnya di perbankan. Mengapa BBCA dihargai investor dengan rasio P/E 16-20 kali, sementara bank yang sekelas lainnya hanya 8-12 kali (BBRI) dan 9-18 kali (BMRI). Ini adalah karena sentimen investor yang lebih menyukai (mempercayai kinerja) BBCA dibandingkan saham bank lain.

Sentimen adalah keniscayaan dalam pasar, karena pasar terdiri atas jutaan investor yang memiliki sifat rasional sekaligus irasional, adakalanya logis, over-optimis, adakalanya panik, over-pesimis. Berkat adanya sentimen inilah investor yang berpengalaman bisa mengambil keuntungan, misalnya: membeli saham pada bargain-price (margin of safety), atau membeli saham pada harga tinggi dan menjualnya di harga lebih tinggi lagi.  


Penjelasan lebih rinci perihal ketiga faktor itu akan dibahas lebih lanjut dalam blog ini.

[Cara Mudah dan Efektif Investasi / Trading Saham]

Global Mediacom Tbk (BMTR)

Profil BMTR (diakses dari situs resminya pada Nov 2016) :


Perusahaan media yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia, PT Global Mediacom Tbk (MNC Media) memiliki portofolio media terbesar di negara ini. Perseroan memiliki dan mengoperasikan 4 stasiun televisi FTA, produsen konten terbesar di Indonesia, operator TV-berlangganan terbesar, layanan broadband tercepat serta portal berita online terbesar ketiga, surat kabar nasional terbesar kedua, dan jaringan radio terbesar. Perseroan juga memiliki usaha media lainnya seperti talent management dan agensi iklan untuk mendukung fokus utama Perseroan.
Fokus utama PT Global Mediacom Tbk adalah media berbasis iklan dan konten di bawah PT Media Nusantara Citra Tbk [MNCN], dan media berbasis langganan, PT MNC Sky Vision Tbk [MSKY].
MNCN mengelola empat stasiun TV FTA nasional: RCTI, MNCTV, GlobalTV dan iNewsTV, unit produksi dan pustaka konten terbesar, serta 22 saluran tv lokal berlangganan milik MNC. Pada tahun 2015, kami telah membangun state-of-the-art, bangunan studio terintegrasi untuk 4 stasiun TV nasional FTA Perseroan. Infrastruktur ini secara khusus dirancang untuk operasi penyiaran yang efisien yang akan meningkatkan keunggulan kompetitif Perseroan dalam hal kapasitas produksi serta kualitas pemrograman yang akan semakin meningkatkan profitabilitas.
MSKY memiliki dan mengelola penyedia layanan televisi berlangganan terbesar di Indonesia melalui tiga merek ternamanya yakni Indovision, TopTV dan Okevision. MSKY adalah pemimpin paling stabil di sektor TV berbayar di Indonesia dengan lebih dari 70% dari pangsa pasar; MSKY adalah satu-satunya operator TV berbayar dengan satelit S-Band yang menjamin 0% pemadaman.
Perseroan baru saja meluncurkan operator internet broadband FTTH pertama di Indonesia, MNC Play Media. Saat ini, MNC Play Media sudah menyebarkan jaringan broadband di 6 kota besar di Indonesia. Sebagai satu-satunya penyedia broadband 'full fiber' di Indonesia, Playmedia menawarkan layanan IPTV dengan fitur TV catch-up terbaru dan koneksi internet tercepat hingga 1000Mbps.
Perseroan menggambarkan diri sebagai grup media terbesar dan paling terintegrasi di Asia Tenggara yang bertujuan untuk menginspirasi dan memberikan manfaat kepada masyarakat dan pemegang saham dengan memberikan konten yang berkualitas terbaik melalui strategi inovatif dan sinergi operasi.
Struktur BMTR

---
Tanggal 30-Nov-16, BMTR mencatatkan volume perdagangan yang luar biasa melonjak: 5.084.215 lot. Ini di atas rata-rata perdagangan saham BMTR satu tahun, lima tahun, bahkan dalam sepuluh tahun BMTR belum pernah mencapai volume sejumlah ini dalam satu hari !!

Volume memberi kita sinyal alert, kemungkinan besar harga akan naik hari-hari berikutnya.

Maka saya cek faktor lain:

1. Harga
BMTR sudah mencapai tahap oversold, harganya terus turun sejak mencapai resistence di 1260 (29-Apr-16). Artinya: mungkin saja kenaikan drastis volume ini adalah tanda reversal BMTR.

2. Timing/sentimen
Tahun 2015, BMTR mencatat laba bersih komprehensif (ingat bahwa BMTR adalah holding company) sejumlah IDR 251,956 miliar. Sementara di kuartal 3/2016, BMTR telah mencatatkan laba bersih komprehensif IDR 1.551, 918 alias IDR 1,551 triliun. Ini sebuah lonjakan 6 kali lipat (dan baru kuartal 3).

Inilah sentimen yang disebut dengan: earning surprise!!

Harga saham BMTR close tanggal 30-Nov-2016 adalah 590.


Rekomendasi: BUY

Benar saja, volume perdagangan di tanggal 1-Des-2016 sejumlah 1.299.143 lot. Ini sebagai konfirmasi analisa volume pada hari sebelumnya. Saya semakin yakin bahwa harga BMTR akan naik beberapa hari / pekan berikutnya. Tanggal 1-Des, harga ditutup 620.



Tips: Anda harus mendaftar kepada salah satu broker sekuritas agar dapat mengakses data tabel seperti di atas. Dan pilihlah broker yang memiliki fitur Historical Price dan Volume.

On-Balance Volume

Perhitungan OBV BMTR dari tanggal 28 Nov hingga 23 Des (OBV 19 days) memberikan hasil positif yang sangat signifikan, yakni +6.111.010 lot.
Terlihat indikasi bahwa Smart Money atau Big Money sedang mengakumulasi saham ini.


Sepanjang bulan Des-2016 saya mengamati harga dan volume BMTR, dan hingga tanggal 30 Des saya melakukan average buying BMTR, dan berhenti pada Price 600.13 (termasuk broker fee).

Pada tanggal 4 dan 5 Januari di tahun baru 2017, BMTR menggeliat dan mencatat kenaikan 2.45% dan 8%, dan pada saat ini ditulis ditutup pada harga 670. Dengan harga tertinggi di 680.
(Chart di bawah ini di-capture sesaat sebelum penutupan tanggal 6 Jan)
Perhatikan volume BMTR di sepanjang bulan 11,12, dan 1 di bawah ini ; serta lonjakan harganya.


Update tanggal 13-Jan-2017
BMTR terkoreksi ke harga 625, setelah mencapai tertinggi di 680, namun tetap di atas harga beli average 600. OBV as of Jan,13 juga masih positif. Kesimpulan: HOLD

Rabu, 04 Januari 2017

Kondisi Pasar (Market State)

Seperti halnya kondisi benda di alam, ada beberapa fase: padat, cair, dan gas, yang masing-masing memiliki karakteristik. Maka kondisi pasar pun dapat digolongkan menjadi empat:
(1) Stabil dan tenang; disebut juga dengan sideway ; ini kondisi di mana pelaku pasar menunggu.
(2) Stabil dan volatil ; adalah sifat pasar yang paling cocok bagi swing trader.
(3) Trending dan tenang; sifat pasar yang paling aman untuk posisi long.
(4) Trending dan volatil ; saat pasar turun inilah sifat pasar yang cocok untuk posisi short.

Penjelasan lebih rinci akan dibahas dalam judul lain selanjutnya.