Kamis, 05 Januari 2017

Cara Mudah Efektif Main Saham

Investasi atau trading dalam pasar saham tidaklah rumit dan sulit. Banyak cara dan tips dan tools dalam investasi dan trading, tapi blog ini hanya membahas cara yang sederhana tapi berhasil seiring waktu.

Charlie Munger, Warren Buffett, Nicolas Darvas adalah beberapa contoh investor dan trader yang sukses dengan cara yang sederhana.

Filsuf abad tujuh belas Blaise Pascal pernah berkata, "All man's miseries derive from not being able to sit quietly in a room alone." 

Pernyataan Pascal berlaku juga di dalam "kamar" bernama pasar saham.

Nasihat seorang Leonardo di Caprio: "Simplicity is the ultimate sophistication."

Maaf, maksud saya Leonardo da Vinci.

:)

Dasar pemilihan saham hanya ada tiga. Simpel bukan?

1. Harga Saham. 

Jangan hanya membeli saham karena harganya murah ; juga jangan takut membeli saham meskipun harga sudah naik / tinggi. Mengapa? Penjelasannya menyangkut poin kedua: Volume.

2. Volume perdagangan.

Jangan pernah membeli saham yang tidak likuid. Likuiditas saham berkorelasi kuat dengan volume perdagangan saham. Semakin tinggi volume, maka semakin likuid suatu saham, dan semakin mudah diperjualbelikan. Volume saham itu sendiri bukanlah variable yang statis, melainkan sangat dinamis. Bisa jadi suatu saham tidur lama (tidak likuid), tapi tiba-tiba volume-nya melonjak, ini tandanya saham tersebut kemungkinan besar akan naik harganya. Volume saham lazimnya tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan variable lain, yakni: timing / sentimen.

3. Timing / sentimen pasar.

Sentimen tidak bisa disepelekan oleh investor, meskipun tidak dapat dikuantitatifkan. Sentimen justru seringkali yang menggerakkan pasar atau harga sebuah saham. Suatu saham dapat bergerak stagnan, meskipun fundamentalnya bagus, seperti MYOR atau KLBF di masa lalu, namun begitu valuasi nya diketahui oleh pasar, terutama big money, maka terciptalah sentimen, sedemikian rupa sehingga diburu investor. Sebagai akibat sentimen positif ini, maka harga saham relatif menjadi lebih mahal dibandingkan laba perusahaan (rasio Price/Earning naik), sehingga harga saham menjadi lebih mahal. Sebenarnya tidak ada yang berubah dengan perusahaan itu, hanya saja sentimen investor lah yang melambungkan harganya, karena permintaan melebihi penawaran. 
#Primadona pasar. 

(Saat tulisan ini dibuat KLBF bertengger di #14 dan MYOR nongkrong di #24 kapitalisasi bursa saham Indonesia, dengan P/E masing-masing di kisaran 30-40x dan 20-46x)

Demikian pula jika suatu saham tiba-tiba tidak disukai pasar (sentimen negatif dari investor), misalnya APLN karena kasus reklamasi, atau BMTR karena rumor mengenai pemiliknya (HT), maka harga sahamnya jatuh karena lebih banyak yang menjual dan lebih sedikit yang membeli.

Sentimen juga yang membedakan valuasi saham meskipun dalam industri yang serupa. Misalnya di perbankan. Mengapa BBCA dihargai investor dengan rasio P/E 16-20 kali, sementara bank yang sekelas lainnya hanya 8-12 kali (BBRI) dan 9-18 kali (BMRI). Ini adalah karena sentimen investor yang lebih menyukai (mempercayai kinerja) BBCA dibandingkan saham bank lain.

Sentimen adalah keniscayaan dalam pasar, karena pasar terdiri atas jutaan investor yang memiliki sifat rasional sekaligus irasional, adakalanya logis, over-optimis, adakalanya panik, over-pesimis. Berkat adanya sentimen inilah investor yang berpengalaman bisa mengambil keuntungan, misalnya: membeli saham pada bargain-price (margin of safety), atau membeli saham pada harga tinggi dan menjualnya di harga lebih tinggi lagi.  


Penjelasan lebih rinci perihal ketiga faktor itu akan dibahas lebih lanjut dalam blog ini.

[Cara Mudah dan Efektif Investasi / Trading Saham]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar