Secara umum, dikenal dua kategori saham:
A. Saham
blue-chips, atau di Wall Street lazim disebut
big-caps, yakni saham-saham berkapitalisasi pasar yang besar. Pada saat ini ditulis, Top 10 big-caps di JSX adalah:
1. HMSP (IDR 456 Tril)
2. TLKM (392 Tril)
3. BBCA (376)
4. ASII (328)
5. UNVR (318)
6. BBRI (286)
7. BMRI (254)
8. GGRM (121)
9. BBNI (106)
10.ICBP (100)
Kapitalisasi pasar adalah harga saham dikalikan jumlah lembar (bukan lot) saham yang beredar.
Total kapitalisasi pasar Top 10 saham di atas senilai IDR 2.737 Triliun (dua ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh triliun rupiah) atau setara dengan 47,4% total nilai kapitalisasi JSX (IDR 5.770 triliun).
B. Jenis saham kedua disebut
second-liners oleh pelaku pasar JSX, di Wall Street lazim disebut
small-caps, yakni saham dengan nilai kapitalisasi yang (masih) kecil.
Data kapitalisasi pasar saham-saham JSX dapat diunduh/dilihat di
http://www.idx.co.id/Home/Publication/Statistic/tabid/140/language/en-US/Default.aspx
Sedangkan menurut fund manager legendaris Peter Lynch, saham digolongkan menjadi enam:
1. Slow growers (sluggards)
Jika suatu sektor industri melambat atau telah mature, semua perusahaan dalam industri tersebut akan melambat. Di US contohnya adalah industri utilitas listrik, selama 1950-1960an industri ini tumbuh cepat (
fast grower), lebih dari dua kali pertumbuhan GNP US saat itu. Tapi setelah 1970 industri utilitas listrik melambat. Manufaktur alumunium, Alcoa pada masanya adalah saham yang populer karena alumunium dibutuhkan oleh kereta api, pesawat terbang, dan mobil. Industri kereta api juga tumbuh cepat di US tahun 1920an. Industri otomotif di US tumbuh pesat di 1970-1990an.
Cepat atau lambat semua industri yang populer pada masanya akan menjadi
mature dan melambat. Anda harus tahu kapan saatnya suatu saham menjadi
sluggards, karena itulah saatnya menjual.
Pada masanya nanti industri infrastruktur yang sedang populer di masa ini pun akan menjadi
slow growers. WIKA, JSMR, dkk, pada masanya nanti akan memiliki price/earning ratio (PER) mungkin hanya di kisaran 4-5, bukan karena valuasi menjadi murah, tapi karena tak lagi populer dan tumbuh melambat.
Untuk saham
sluggards, misalnya PGAS, Anda harus cermat dalam hal
timing kapan buy dan sell. Jika investor buy PGAS pada Mar-Apr 2013 ; atau di Jul-Nov 2014; di harga kisaran 6.000, maka sampai dengan hari ini PGAS anda nyangkut (potential loss). Tapi sebaliknya jika investor buy PGAS di 2675-2900 pada Sep-Okt 2011 dan sell di Mar-Jul 2013 di kisaran harga 5500-6250, maka mendapatkan capital gain di kisaran 100% dalam kurun kurang dari 2 tahun. Inilah ilustrasi pentingnya
timing dalam memilih saham
blue-chip sluggards.
2. Medium growers (stalwarts)
Stalwarts adalah perusahaan seperti Coca-Cola dan P&G di US, dan UNVR, HMSP, GGRM di JSX. Inilah perusahaan dengan kapitalisasi ada di puncak bursa, yang tidak lagi tumbuh dengan cepat, namun masih tumbuh lebih baik dari
sluggards. Harga saham UNVR hanya bergerak dari 26.000 di akhir 2013, menjadi 40,000 di akhir 2016. Harga saham TLKM bergerak dari 2.100 di akhir 2013, menjadi 4.000 di akhir 2016. Stalwarts butuh waktu tiga tahun untuk tumbuh dua kali lipat.
Saham-saham perbankan seperti BBCA, BBRI, BMRI, dkk, adalah jenis stalwarts. Pertumbuhan laba dan pergerakan sahamnya lebih baik dari pertumbuhan GDP namun imbal hasilnya mirip dengan indeks pasar (lihat top 10 saham di atas). Namun ada kalanya, jika Anda membeli
stalwarts pada saat yang tepat, return 15-30% dalam satu tahun sudahlah baik, return 30-60% dalam satu tahun sudahlah istimewa. Jangan mengharap lebih dari itu kepada
stalwarts.
Menurut Peter Lynch, stalwarts tetap dimiliki dalam portofolio Fidelity Magellan sebagai proteksi pada saat pertumbuhan ekonomi melambat atau terjadi krisis ekonomi. Perusahaan dengan kapitalisasi triliunan dan penguasaan pasar besar, ya
stalwarts, tidak akan bangkrut saat krisis dan tetap memberikan dividen. Bahkan saat saham-saham lain jatuh, stalwarts hanya bergerak sideways (setidaknya di US, berdasarkan pengalaman Peter Lynch).
3. Fast growers
4. Cyclicals
5. Asset plays
Pada saat ini ditulis, dua contoh saham termasuk asset plays di JSX adalah BAPA dan MAMI.
PT. Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA), merupakan perusahaan pengembang perumahan di wilayah Bekasi dan Pamulang dengan fokus segmen konsumen pada golongan menengah untuk perumahan Bumi Serpong Residen dan golongan bawah untuk perumahan Taman Alamanda dan Alamanda Regency. Di 25-Jan-2017 harga saham BAPA IDR.74 per lembar. Laba Q3/2016 IDR.149 miliar. EPS 0.43. Ekuitas 103 miliar IDR. Kapitalisasinya kecil hanya 33 miliar IDR.
Asset plays pada umumnya adalah saham "tidur" di sektor property, yang nilai bukunya dihitung dengan valuasi harga tanah pada harga perolehannya, serta penjualan unitnya tidak terlalu agresif. Contohnya ya BAPA ini. PER nya, dihitung dari data di atas, 87 kali, sementara PBV nya, nah ini, hanya 0,35. Tapi yang menarik dari saham asset plays ini justru PBV nya yang kecil.
Dengan harga hanya "gocap" dan PBV kecil, maka asset plays mudah melambung harga sahamnya karena sentimen pasar. Entah itu berita kenaikan pendapatan, kenaikan laba bersih, diakuisisi, atau right issue. Pada tanggal 26-Jan-2017 BAPA ditutup naik 17 poin (34% atau terkena auto reject :), dengan volume 77.764 lot. Hari berikutnya BAPA ditutup naik 7 poin (10.44%) dengan volume perdagangan meningkat menjadi 299.222 lot. Penulis memutuskan untuk BUY tanggal 30-Jan di harga 65, yang mana ditutup melemah 5 poin (6.75%) dengan volume 35.365 lot, turun. Tapi hari berikutnya, BAPA naik 16 poin (23.18%), lalu 01-Feb naik 10 poin (11.76%), harga penutupan 95. Highest intraday dicapai 02-Feb, harga 117, namun ditutup di 97.
PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI) merupakan perusahaan properti yang bergerak di bidang perhotelan dan perkantoran di Surabaya. Ini adalah saham lama yang dulu terdaftar di Bursa Efek Surabaya (BES) sebelum di-merger menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) sekarang. MAMI adalah pemilik Hotel Garden Palace dan IBT Tower di Surabaya. MAMI lama tidur di harga gocap. Namun volume transaksinya di 01-Feb-2017 menarik perhatian penulis karena mencapai 1.620.234 lot, meski ditutup tetap di 50. Penulis masuk MAMI pada 03-Feb di harga 54, dengan volume perdagangan 2.323.521 lot. Tanggal 09 dan 10 Feb, volume perdagangan meningkat drastis menjadi 5.745.187 lot dan 3.879.470 lot, yang sebenarnya bisa lebih tinggi lagi, jika MAMI tidak terkena auto reject karena 2 hari berturut-turut naik 33% :)
Pada harga 54, kapitalisasi MAMI = 178 miliar IDR. Menurut laporan Q3/2016, ekuitasnya 598 miliar IDR. Laba bersih 2 miliar. Laba lebih kecil dari BAPA, meskipun aset MAMI lebih besar. Tapi, hey, kita tidak sedang membahas saham yang menghasilkan banyak laba atau growth tinggi, melainkan saham tidur yang kapitalisasinya lebih murah dibandingkan nilai bukunya. Betul, asset plays. Yang membuat MAMI menarik adalah karena PBV nya hanya 0.22. Meskipun PER-nya sudah 46.
Asset plays lainnya yang menarik saat ini ditulis adalah GWSA. Salah satu aset populer milik PT Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) adalah Senayan City.
6. Turnarounds